Juli 2019 menjadi awal pertemuan Bang Evan dan Mami Tiwi dengan Ibu Atiek. Saat itu seperti biasa Bang Evan tengah mencari pedagang di jalanan Kota Pontianak. Sebelumnya Bang Evan sudah janjian dengan Ibu Atiek yang menjual botok dan ingin membeli semua dagangannya. Namun ketika hari yang dijanjikan tiba, saat ditelepon nomor Si Ibu tidak aktif.
Karena itu Bang Evan berinisiatif mencari rumah ibu penjual botok ini. Singkat cerita, dibantu Ibu Wahyuni warga yang tinggal dekat dengan rumah Bu Atiek, akhirnya Bang Evan dan tim sampai ke rumahnya.
Saat di rumah si ibu, baru diketahui bahwa anak Ibu Atiek sakit. Sudah 20 tahun Ibu Atiek merawat penyakit anaknnya yang bernama Andi. Andi mengalami kelainan sejak umur tujuh bulan. Selama itu ia setiap hari harus mengkonsumsi beragam obat dari dokter.
Biasanya aktivitas membuat botok bisa dilakukannya sambil tetap merawat sang buah hati. Namun karena saat itu sang anak sedang demam, Ibu Atiek belum bisa membut botok. Itulah mengapa saat itu, karena harus mengurus sang anaknya, akhirnya pesanan botok Mami Tiwi tidak bisa dipenuhi oleh Ibu.
Sebelum pulang, Bang Evan pun memberikan sedikit rezeki dari sahabat Hobby Makan untuk Ibu Atiek. Uang yang didapat rencananya akan digunakan oleh Ibu Atiek untuk membelikan Andi kursi roda yang baru.
Mendengar keinginan Ibu Atiek yang mau membelikan kursi roda baru untuk Andi, Mami Tiwi kemudian kembali menambahkan uang agar Ibu Atiek bisa membawa Andi jalan-jalan ketika sudah sehat. Kisah Ibu Atiek dan anaknya patut menjadi contoh bahwa kasih seorang Ibu terhadap anaknya memang tak akan pernah tergantikan.
Hampir satu tahun berlalu, Juni 2020 Bang Evan akhirnya kembali menemui Ibu Atiek ke kediamannya. Ketika Bang Evan datang, Ibu Atiek sedang menyuapi Andi makan di teras rumahnya. Cukup lama tidak bertemu, rupanya Ibu Atiek masih mengenali Bang Evan.
Rupanya Ibu Atiek kini sudah tidak lagi berjualan botok. Ia memilih menjadi tukang jahit. Tahun ini menjadi tahun ke-21 ia merawat Andi dari penyakitnya.
Bu Atiek bercerita, sebenarnya pendapatannya lebih banyak dari menjual botok. Namun karena Andi tidak ada yang menjaga, ia lebih memilih menjadi tukang jahit agar bisa bekerja sambil mengurus Andi di rumah. Meski demikian pesanan menjahit diakuinya lumayan. Ia selalu bersyukur atas rezeki yang didapat.
Andi menurutnya harus seminggu satu kali dibawa ke Rumah Sakit untuk berobat. Bu Atiek sendirilah yang rutin membawanya. Andi harus rutin mengkonsumsi obat agar kejang-kejang yang dialaminya tak kambuh. Selama ini Bu Atiek hanya seorang diri mengurus Andi. Andi rupanya memiliki seorang kaka yang memiliki penyakit yang sama dan sudah meninggal dunia pada tahun 2002. Sementara sang suami juga sudah wafat di tahun 2016 lalu.
Sebelum Bang Evan datang, Bu Atiek mengatakan Andi sudah berfirasat. Bahwa akan datang abang-abang yang membawa rezeki. Bang Evan lah rupanya yang menjadi perantara rezeki tersebut untuk Bu Atiek dan Andi. Uang sebesar Rp10 juta dari sahabat semua diberikan untuk membantu usaha Bu Atiek sebagai tukang jahit.
Mendapat uang yang cukup banyak, Bu Atiek merasa terharu. Ia tidak menyangka. Selama ini ia belum pernah mendapat uang sebanyak itu. Berkali-kali ia mengucap Alhamdulillah atas apa yang didapat. Selain untuk usaha, uang itu akan ia simpan jika sewaktu-waktu dibutuhkan untuk pengobatan Andi. “Semoga berkah dan yang ngasi saya berkah juga,” ucap Bu Atiek.
Pernah suatu ketika Bu Atiek hanya memiliki uang Rp50 ribu, sementara ia harus membawa Andi ke UGD karena penyakitnya kambuh. Tapi selalu ada rezeki dari orang-orang baik yang menolongnya. Seperti dari sahabat Hobby Makan semua yang dititipkan lewat Bang Evan. (tim)