Mei 2019 awal pertemuan Bang Evan dan Mami Tiwi dengan Pak Sidek. Waktu itu kebetulan ada sahabat Hobby Makan yang memberikan informasi mengenai seorang pedagang melalui DM di Instagram. Dalam DM tersebut disebutkan ada bapak-bapak yang berjualan ubi kayu dan ubi rambat menggunakan sepeda. Kondisi bapak ini sudah cukup tua terlihat dari fisiknya yang bungkuk.
Dari informasi itu, akhirnya Bang Evan dan Mami Tiwi berusaha untuk mencari si bapak. Ketika tengah mencari sampai ke daerah pinggiran kota, tanpa sengaja Bang Evan dan Mami Tiwi malah bertemu dengan seorang bapak penjual Kue Bingke.
Bapak ini berbeda dengan bapak yang diinformasikan sahabat lewat DM. Tapi melihat kondisi bapak penjual Kue Bingke yang juga sudah tua, Bang Evan dan Mami Tiwi merasa perlu untuk membantunya. Minimal dengan memborong semua dagangannya.
Saat ditemui, bapak berusia 70 tahun ini berjalan kaki untuk berjualan jauh dari tempat tinggalnya. Saat itu bulan puasa. Si bapak memang tidak berpuasa karena kondisinya sudah tua dan harus tetap mencari rezeki dengan berjualan. Ia menjual Kue Bingke telur yang dibuat sendiri oleh istrinya. Saat itu Bang Evan dan Mami Tiwi langsung memborong delapan kotak Kue Bingke telur yang dibawa si bapak.
Pak Sidek tiba-tiba menangis mengeluhkan tangannya yang sakit bekas patah. Ternyata sebelumnya bapak sempat jatuh ketika bertukang. Akibatnya tangan kiri si bapak tidak berfungsi normal. Kaki kirinya bahkan sedikit lumpuh akibat stroke. Sebelum berdagang Pak Sidek rupanya sempat bekerja sebagai tukang.
Melihat Pak Sidek yang sedih sambil menunjukkan tangannya yang sakit, Mami Tiwi sampai meneteskan air mata. Saking sedihnya melihat Pak Sidek, Mami Tiwi sampai tidak kuat dan memutuskan masuk ke mobil.
Pak Sidek tiba-tiba menangis mengeluhkan tangannya yang sakit bekas patah. Ternyata sebelumnya bapak sempat jatuh ketika bertukang. Akibatnya tangan kiri si bapak tidak berfungsi normal. Kaki kirinya bahkan sedikit lumpuh akibat stroke. Sebelum berdagang Pak Sidek rupanya sempat bekerja sebagai tukang.
Pak Sidek bercerita, ia berdagang hanya agar bisa mendapat uang untuk makan dan kebutuhan sehari-hari. Dari total yang harus dibayar dengan memborong semua dagangannya sebesar Rp104 ribu, Bang Evan memberikan rezeki dari sahabt sebesar Rp1 juta. Mendapat uang yang cukup banyak, Pak Sidek sampai menangis. Bang Evan lantas memeluknya agar si bapak tetap kuat.
Pak Sidek memberikan inspirasi kepada kita semua. Bahwa dengan kekurangan kondisi fisik dan usia yang sudah tua, bapak masih bersemangat mencari nafkah untuk keluarga. Ketika hendak diantar pulang pun Pak Sidek menolaknya. Ia lebih memilih berjalan kaki saja.
Tak hanya sampai di situ, cerita mengenia Pak Sidek berlanjut setahun kemudian. Tepatnya pada Juni 2020, Bang Evan bersama tim kembali menemuinya. Sebelum itu, dibantu oleh berbagai pihak, tim Hobby Makan melakukan riset untuk mengetahui rumah Pak Sidek.
Ternayata alamat rumah Pak Sidek lumayan jauh. Untuk mencapai rumahnya, Bang Evan dan tim harus berjalan kaki karena lokasinya tidak memungkinan untuk kendaraan roda empat masuk. Setelah berjalan kaki beberapa menit akhirnya Bang Evan sampai juga ke rumah yang dicari.
Rumah tersebut sesuai dengan yang difoto oleh tim survei sebelumnya. Rumah Pak Sidek sangat sederhana masih berlantai dan berdinding papan. Pintu WC-nya bahkan hanya menggunakan seng.
Sampai di rumahnya, ternyata Pak Sidek sedang tidak di rumah. Seperti biasa, masih sama dengan tahun lalu ketika Bang Evan dan Mami Tiwi bertemu, Pak Sidek sedang pergi berjualan. Bang Evan dan tim akhirnya hanya bisa menemui istri dan anaknya.
Dari cerita sang istri, penyakit Pak Sidek rupanya lebih parah dari ketika saat ditemui dulu. Pak Sidek sebenarnya sudah semakin tidak kuat untuk berjalan. Kakinya harus diseret sebelah. Akibat stroke, berbicaranya pun sudah tidak selancar dulu.
Dari pertemuan Bang Evan dengan keluarganya, baru diketahui banyak hal tentang Pak Sidek. Pak Sidek dikenal sebagai sosok pekerja keras, meski sakit ia tetap tidak betah di rumah. Keluarga tidak pernah menyuruhnya bekerja, karena sakit, Pak Sidek malah dianjurkan agar tetap di rumah. Tapi anjuran itu tak digubris, tekadnya untuk bekerja melampaui kekurangan fisikinya. Bahkan Pak Sidek beralasan badannya akan semakin sakit ketika tidak ada aktivitas.
Menurut istrinya, mereka sudah menjual Kue Bingke selama 10 tahun lebih. Selain kue juga menjual kerupuk. Adanya pandemi Covid-19 dikatakan turut mengurangi pendapatannya. Karena sepi banyak barang dagangan yang tidak habis terjual. Pendapatan mereka pun hanya cukup untuk makan sehari-hari.
Di tengah kekurangan, ternyata Pak Sidek juga senang berbagi dengan keluarga maupun orang lain yang ia kenal. Ketika mendapat rezeki ia pasti menyisihkannya untuk diberikan ke orang lain. Uang yang ada tidak pernah ditabung, karena selalu diberikan kepada orang lain yang membutuhkan.
Sebelum pamit pulang, Bang Eevan memberikan rezeki dari sahabat berupa uang sebesar Rp10 juta. Uang tersebut diberikan untuk Pak Sidek dan Istri. Dengan harapan bisa bermanfaat untuk membayar hutang dagangan dan modal berdagang selanjutnya.
Tak hanya itu, tetangga Pak Sidek juga ketiban rezeki dari Bang Evan dan tim. Ketika hendak pulang, Bang Evan sempat singgah di satu rumah kayu kecil yang terletak tak jauh di depan rumah Pak Sidek. Bang Evan menitipkan rezeki dari sahabat berupa uang sebesar Rp5 juta untuk keluarga pemilik rumah. Semoga kisah ini dapat menjadi isnpirasi dan pelajaran untuk sahabat semua. “Bahwa yang baik-baik selalu datang dari Allah SWT, sementara yang kurang baik selalu datang dari diri kita sendiri,” tutup Bang Evan. (tim)