Suatu hari di bulan September 2019, seperti biasa Bang Evan tengah berkeliling mencari pedagang yang ada di jalanan Kota Pontianak. Sore itu hujan deras melanda, namun Bang Evan tetap bersemangat mencari target pedagang yang bisa diborong atau diperkenalkan dagangannya kepada sahabat semua. Namun karena tak kunjung bertemu dengan target, pencarian akhirnya dilanjutkan ke hari kedua.
Keesokan harinya, Bang Evan bersama tim kembali berkeliling kota mencari target. Sampai akhirnya Bang Evan bertemu dengan penjual es tebu gerobak di pinggir Jalan Adi Sucipto. Penjualnya seorang Kakek. Ketika Bang Evan datang ,rupanya penjual sudah mau menutup dagangannya. Meski demikian Kakek berusia 74 tahun ini masih mau melayani. Bang Evan lalu memesan sebanyak 10 bungkus es tebu, yang harga per bungkusnya Rp3 ribu.
Kakek penjual bercerita ia sudah sekitar lima tahun berjualan es tebu di sana. Sebelum berdagang, ketika muda, ia pernah bekerja sebagai sopir. Saat memasuki usia tua, untuk tetap mencukupi kebutuhan hidup, Kakek kemudian memilih untuk berdagang.
Berjalannya waktu, ia mengakui pembeli daganganya sudah tak seramai dulu. Dari yang bisa menjual 50 kilogram tebu per hari, kini usahanya mulai sepi. Dalam satu hari, untuk saat ini, kadang hanya terjual sebanyak 30 kilogram tebu saja. Jumlah pembeli memang menurun. Karena mungkin, kini semakin banyak orang yang berdagang es tebu. Bahkan dalam sehari jualannya hanya laku 15-20 bungkus saja. Pendapatan per harinya juga tidak sampai di atas Rp100 ribu.
Meski demikian Kakek ini tetap semangat untuk berjualan. Di usia yang tak lagi muda, tubuhnya masih terlihat kuat dan sehat. Ia masih mampu setiap hari berjualan, mendorong gerobak dari rumah ke tempatnya mangkal.
Melihat perjuangan nya, Bang Evan merasa Kakek ini layak dibantu. Karena stok es tebu yang ada ternyata bisa lebih dari 10 bungkus, Bang Evan meminta agar semuanya dihabiskan.
Di tengah menunggu semua pesanan dibungkus, seperti biasa ketika ada pembeli yang datang Bang Evan langsung mentraktir mereka. Semua yang kebetulan datang saat itu diberi es tebu gratis. Selain es tebu, Bang Evan juga memborong semua jajanan cemilan yang dijual si Kakek.
Dari total belanjaan yang hanya Rp53 ribu, di akhir Bang Evan membayar lebih untuk Kakek. Merasa bersyukur, Kakek sampai mencium kedua pipi Bang Evan. Bang Evan dan Kakek pun sama-sama saling mendoakan agar selalu diberikan kesehatan. “Ambil yang baik dari cerita ini, karena yang baik-baik selalu datangnya dari Allah SWT, kalau yang kurang baik datangnya dari diri kita sendiri,” tutup Bang Evan.
Cerita pertemuan Bang Evan dengan Kakek penjual es tebu tak hanya sampai di situ. Beberapa bulan berlalu, tepatnya pada Juni 2010, Bang Evan kembali menjumpai Kakek. Lokasi Kakek berjualan masih sama dengan delapan bulan sebelumnya. Lama tak bertemu, Kakek ternyata sudah tak mengenal Bang Evan.
Meski demikian Bang Evan tetap melanjutkan misi untuk membantu Kakek ini. Dari percakapan dengan Bang Evan, sebelum hari pertemuan kedua ini, Kakek rupanya sempat tiga hari tak berjualan. Gerobaknya rusak dan harus diperbaiki.
Kedatangan Bang Evan yang kedua kalinya ini memang sudah direncanakan. Sebelumnya Bang Evan sempat mendapat informasi bahwa selain berjualan es tebu Kakek ini juga seorang guru mengaji. Dari sana Bang Evan merasa Kakek memang layak dibantu.
Ketika ditanyakan langsung, Kakek mengatakan sudah cukup lama mengajar anak-anak didiknya membaca Al-Quran. Ia mulai mengajar mengaji sejak usai 30 tahun dan di tahun 2020 ini usianya telah menginjak 75 tahun. Artinya sudah sekitar 45 tahun Kakek mengabdikan diri sebagai guru mengaji. Muridnya bahkan sudah sampai lintas dua generasi.
Singkat cerita, Bang Evan kemudian mengajak Kakek ke dalam mobil untuk memberikan hadiah yang tak diduga. Dari sahabat Hobby Makan, Kakek diberi uang tunai sebesar Rp5 juta. Uang itu diharapkan bisa digunakan untuk menambah modal usaha atau memperbaiki gerobak dagangannya.
Kakek tak menyangka bisa mendapat rezeki yang dianggapnya besar. Setiap malam menurutnya, ia selalu berdoa agar disehatkan dan dimurahkan rezeki. Semoga, sahabat semua bisa mengambil hikmah dari eksperimen sosial Bang Evan kali ini. Bahwasanya Kakek yang usianya sudah tak lagi muda, masih mau berjuang mencari nafkah dan tetap ikhlas mengabdikan diri sebagai guru ngaji. (tim)